Rabu, 15 Juni 2011

KEPRIBADIAN ANAK

A. Pengertian Kepribadian Istilah “kepribadian” (personality) berasal dari kata latin “persona” yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Bagi bangsa Roma, “persona” berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain. Sedangkan Pengertian Kepribadian (personality) menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain. Integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendiriran, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang. Segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain. Allport juga mendefinisikan kepribadian sebagai susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum. Menurut Agus Sujanto dkk (2004), menyatakan bahwa kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik Dari Uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan misalnya keluarga pada mas kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir. B. Tipe-tipe kepribadian 1. Tipe Sanguin Ciri-cirinya: Memiliki banyak kekuatan, bersemangat, memiliki gairah hidup tinggi, dan dapat membuat lingkugannya gembira dan senang. Kelemahannya: Cenderung implusif, bertindak sesuai emosinya, atau keinginannya, mudah dipengaruhi oleh lingkungan dan rangsangan dari luardirinya, kurang bisa menguasai diri, atau penguasaan diri yang lemah, cenderung mudah jatuh dalam percobaan, karena godaan dari luar dapat dengan mudah memikatny, dan dia bisa terperosonk kedalammya. 2. Tipe Flegnatik Ciri-cirinya: Cenderung tenang, gejolak emosinya tidak tampak, cenderung dapat menguasai dirinya dengan cukup baik, dan lebih introspektif, memikirkan ke dalam, dan mampu melihat, menatap, dan memikirkan masalah yang terjadi disekitarnya. Kelemahannya: Ada kecenderungan untuk mengambil yang mudah, dan dan tidak mau susah. Kurang mau berkorban, dan egois. 3. Tipe Melankolik Ciri-cirinya: Treobsesi dengan karyanya yang paling bagus, atau paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup, perasaannya sangat kuat dan sangat sensitive. Kelemahannya: Sangat mudah dikuasai oleh perasaan, dan cenderung perasaan yang yang medasari kehidupan sehari-hari adalah perasaan murung. 4. Tipe Kolerik Ciri-cirinya: Cenderung berorientasi kepada tugas atau pekerjaan, memiliki disiplin kerja yang sangat tinggi, mampu melaksanakan tugas dengan setia, dan bertanggung jawab atas yang diembannya. Kelemahannya: Kurang mampu merasakan perasaan orang lain, kurang mampu mengembangkan rasa kasihan kepada orang yang sedang mederita. 5. Tipe Asertif. Ciri-cirinya: Mampu menyatakan pendapat, ide, dan gagasannya secara tegas, dan kritis, tetapi perasaannya halus, sehingga tidak menyakiti perasaan orang lain. Perilaku mereka adalah perjungan mempertahankan hak sendiri, tetapi tidak mengabaikan hak orang lain. Melibatkan perasaan, dan kepercayaan orang lain sebagai bagian dari interaksi mereka. C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian 1. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri orang tersebut, factor ini biasanya berupa pengaruh dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yaitu lingkungan keluarga. D. Perkembangan Kepribadian Perkembangan kepribadian seseorang berlangsung melalui 3 fase, yaitu: 1. Fase awal perkembangan anak, yaitu sampai anak berusia 5 tahunan. Fase ini berkaitan dengan kewibawaan dan kekuasaan. Pada fase ini, inti dari penghargaan diri adalah sikap mengenai aturan yang diterjemahkan dalam bentuk gambaran diri adalah diarahkan kepada apa yang diharapkan oleh tokoh-tokoh terdekat yang menguasainya. 2. Fase Anak-anak dan Remaja Merupakan masa yang sebagian besar diarahkan kepada persoalan hubungan dengan teman sebayanya. Pada masa ini mereka mengembangkan penghargaannya terhadap harapan orang lain, serta menaruh perhatian terhadap perilaku jujur, keadilan, dan bersedia membalas jasa orang lain. 3. Fase Dewasa. Fase seseorang mulai memasuku dunia kerja, dan mulai berkeluarga. Pada fase ini seseorang menentukan corak kepribadian yang diharapkan dengan cara mengembangkan suatu “pola umum gambaran dirinya”,. Mereka mulai merintis tujuan hidupnya, serta merencanakan strategi yang akan ditempuh dalam mengejar tujuan hidup yang dipilihnya. Perkembangan Kepribadian Anak 1. Interaksi dengan sesama anak. Meskipun hubungan yang erat , hangat, dan responsif antara anak dengan orang dewasa sangat penting dalam bagi perkembangan emosi anak, interaksi dengan anak-anak lain pun memegang peranan yang tidak kalah penting. Anak-anak menganggap perilaku seorang anak merupakan pengaruh perbuatan yang penting. Misalnya, sikap mementingkan diri sendiri yang dibenarkan oleh orang tua yang tidak bijaksana tidak bisa ditoleransi oleh teman sebaya anak itu. Anak itu memaksakan tindakan tertentu kepada teman bermain mereka, yaitu dengan memberi persetujuan, dan perhatian, serta memberi hukuman pada tindakan lainnya. 2. Pikiran dan perilaku moral Memahami nilai yang mengontrol dalam perilaku dalam suatu masyarakat, dan mengatur perilaku seseorang secara benar merupakan bagian penting dalam perkembangan. Konsep benar dan salah anak-anak berubah dengan sangat menarik pada waktu mereka tumbuh lebih dewasa. Sebagian besar anak usia 5 tahun mengatakan bahwa berbohong atau menyakiti orang lain itu salah, tetapi pemahaman mereka mengenai pernyataan tersebut berubah bersamaan dengan bertambahnya usia. Hanya dengan cara perlahan-lahan mereka mulai mengerti bentuk-bentuk pernyataan yang bersifat bohong. Mereka mulai mengerti antara meminjam benda dengan mencuri, atau menyakiti seseorang dengan sengaja menyebabkan kesalahan yang besar dibandingkan dengan menyakiti seseorang tanpa disengaja. Selanjutnya, Levine (2005) menegaskan bahwa kepribadian orang tua sangat berpengaruh terhadap cara orang tua tersebut dalam mendidik, dan membesarkan anaknya yang pada gilirannya juga akan berpengaruh terhadap kepribadian anak. Ada 9 tipe keribadian orang tua dalam mendidik, dan membesarkan anaknya yang juga dapat berpengaruh terhadap kepribadian anak. a. Penasihat Moral Terlalu menekankan pada perintah, analisis dan, moral. b. Penolong Terlalu mengutamakan kebutuhan anak dangan mengabaikan akibat dari perbuatan anak. c. Pengatur Selalu ingin bekerja sama dengan anak, dan menciptakan tugas-tugas yang yang akan membantu memperbaiki keadaan. d. Pemimpi Selalu berusaha untuk berhubungan secara emosional dengan anak-anak dalam setiap keadaan, mencari solusi kreatif bersama-sama. e. Pengamat Selalu mecari sudut pandang yang menyeluruh, berusaha mengutamakan objektivitas dan perspektif. f. Pencemas Selalu melakukan Tanya jawab mental, dan terus bertanya-tanya, ragu-ragu, dan selalu memiliki gambaran terburuk sampai mereka yakin bahwa anak mereka benar-benar memahami situasi. g. Penghibur Selalu menerapkan gaya dan suasana yang lebih santai untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak. h. Pelindung Cenderung untuk mengambil alaih tanggung jawab dan bersikap melindungi. Berteriak kepada anak tetapi kemudian mengamankan atau melindungi dari ancaman yang datang. i. Pendamai Dipengaruhi oleh kepribadian orang tua tersebut yang selalu menghindari terjadinya konflik. Berdasarkan ke-9 tipe orang tua dalam mendidik anak secara moralitas, maka tampaknya hanya 3 tipe yang sejalan dengan pembentukan kepribadian anak melalui peningkatan pertimbangan moral, yaitu tipe pengatur, pengamat, dan pencemas. E. Macam-macam Gaya Kepribadian Anak 1. Anak yang Reaktif Anak ini memberi reaksi yang keras terhadap hidup. Mereka biasanya juga hidup dengan penuh semangat, antusias, dan banyak bercuap-cuap. Mereka bisa benar-benar tegas dan baik hati. Ketika mereka bahagia, mereka akan membiarkan orang lain mengetahuinya. 2. Anak yang Pemurung Anak ini menyimpan pikiran dan perasaan untuk diri mereka sendiri. Kebanyakan anak-anak pemurung tidak menggambarkan diri mereka secara tidak bahagia. Mereka benar-benar bekerja dengan baik, dan dapat diajak bekerja sama hamper pada setiap saat. Anak-anak pemurung seringkali merasa sedikit tidak nyaman dengan diri mereka sendiri, meskipun mereka tidak sepenuhnya peduli tentang hal itu. 3. Anak yang Keras Kepala Anak keras kepala tidak belajar untuk menunda kepuasan. Mereka benar-benar terobsesi untuk memenuhi hasrat mereka, dan menolak untuk berhenti mengganggu orang lain, bahkan ketika diancam dengan konsekuensi yang agak menakutkan. Seringkali berperilaku provokatif berbentuk rengekan hingga menentang seperti berkelahi. 4. Anak yang Sensitif Anak sensitive termasuk mudah untuk dibesarkan, karena mereka tidak terlalu menuntut. Anak yang sensitive biasanya kesal oleh bunyi-bunyi yang keras dan wajah-wajah yang tidak dikenal, karena mereka tidak sukaperubahan, dan mereka cenderung mudah menangis. Anak-anak sensitive seringkali memiliki prestasi akademik yang baik, tetapi dibalik itu semua mereka tidak merasa kuat. Mereka kurang memliki ketegasan, dan mempunyai kesulitan untuk mandiri. Kecenderungan ini bisa berlangsung lama hingga masa kedewasaannya, disertai kurangnya penghargaan terhadap dirinya sendiri. 5. Anak yang Aktif Anak yang aktif dapat dilihat sejak masa awal kanak-kanak. Anak yang aktif akan selalu tampak sibuk, sehingga mereka tidak memberikan perhatian pada pertanyaan yang diajukan kepada mereka. Mereka beralih dari satu aktivitas ke aktivitas berikutnya, memprovokasi orang lain dengan apa yang mereka ungkapkan dengan kata-kata yang sebagaimanan yang mereka lakukan. Mereka lebih suka berakitfitas di luar ruangan dari pada di dalam ruangan, mereka penuh semangat, dan antusias. 6. Anak yang Pasif Anak pasif lebih lamban dan tidak banyak semangat terlihat pada dirinya. Lakukan pendekatan kekeluargaan. Libatkan secara aktif dalam kegiatan keluarga dan permainan yang seru. Buatkan jadwal rutinitas untuknya sehingga bisa memicu pikiran aktif. Selalu memberi dukungan dalam kegiatannya, meskipun sedikit. 7. Anak yang Perfeksionis Anak-anak tidak bisa menjadi perfeksionis jika bukan karena tuntutan lingkungannya termasuk orangtua. Anak yang dari awal dilatih untuk mengerjakan suatu hal dengan sempurna, jika salah sedikit dihukum. Sifat ini membahayakan dirinya yang masih anak-anak. Anak perfeksionis lebih tertekan secara psikologis dari pada anak biasa. Wajib bagi orangtua memberi penjelasan agar melakukan sesuatu tidak harus menjadi juara. Asal sudah berusaha maksimal itu sudah bagus. 8. Anak Khawatir Anak yang berkepribadian khawatir sering kali baik hatinya, dan sensitive dengan kebutuhan orang lain. Mereka biasanya sangat disukai oleh teman-teman sebayanya, dan di luar kekhawatirannya biasanya mereka bekerja dengan baik. Pola asuh orang tua yang melindungai dapat secara cepat meningkatkan kegelisahan secara umum. Secara khusus orang tua yang terbiasa menguraikan kemungkinan-kemungkinan yang paling buruk kepada anak-anak merekamenghadapi resiko akan mengarahkan mereka ke dalam kekhawatiran. Anak-anak yang khawatir memiliki perbedaan kegelisahan yang kuat, tidak peduli jika terluka, dan mereka kurang bisa menyesuaikan diri, atau berubah. 9. Anak yang Menyenangkan Anak-anak dengan temperamen menyenangkan biasanya gampang bergaul, ramah, dan tidak agrasif. Sepanjang waktu mereka berada dalam dunianya. Mereka senang bermain permainan yang imajinatif. Secara umum, mereka juga kurang meminta perhatian dan bimbingan orang tua. Mereka mungkin tidak terlalu lambat dalam menanggapi permintaan-permintaan orang tua. Mereka selalu gagal untuk mendengar apa yang diucapkan dan di maksud oleh orang tuanya, meskipun mereka kelihatan nyata ngangguk tanda setuju. Seolah-olah mereka hanya mempunyai kesadaran sekitar 1-3 %. 10. Anak yang Kreatif Anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran atau aktivitas yang kreatif. Mereka biasanya cukup mandiri, dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang agi mereka berarti, penting, dan disukai mereka tidak selalu menghiraukan kritik atau ejekan dari orang lain. Mereka tidak takut untuk membuat kesalahan, dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui oleh orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpan banyak tradisi. Rasa percaya diri, keuletan, dan ketekunan membuat mereka tidak mudah putus asa. Tingkat energi, spontanitas, dan kepetualangan yang luar biasa sering tampak pada anak kreatif. F. Teori Pembentukan Pribadi Kreatif. 1. Teori Psikoanalis Pada umumnya teori psikoanalisis melihat kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah yang biasanya mulai muncul pada masa kanak-kanak. Pribadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah memiliki pengalaman traumatis yang ngkinkan gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovasi dari trauma. Tindakan kreatif mentransformasi keadaan psikis yang tidak sehat menjadi sehat. a. Teori Kris Ernest Kris (1900-1957) menekankan bahwa mekanisme bertahan regresi (beralih ke perilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasan jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif. Jika seseorang mampu untuk “regress” ke kerangka berpikir atau pola perilaku seperti anak, rintangan antara alam pikiran sadar dan tidak sadar menjadi kurang, dan beban yang tidak disadari yang sering mengandung benih kreativitas dapat menembus ke alam kesadaran. Orang-orang kreatif adalah mereka yang paling mampumemanggil bahan-bahan dari alam pikiran tidak sadar. Orang kreatif tidak memiliki hambatan untuk bisaseperti anak dalam pemikiran mereka. Mereka bisa mempertahankan sikap bermain dengan masalah-masalah serius dalam kehidupan. Dengan demikian, mereka mampu melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif untuk “regress in the service of the ego”. b. Teori Jung Carl Jung (1875-1961) juga percaya bahwa ke tidak sadaran memainkan peranan yang amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi. Di samping itu, ingatan kabur dari pengalaman-pengalaman dari seluruh ummat amanusia tersimpan di sana. Secara tidak sadar kita “mengingat” pengalaman-pengalaman yang paling berpengaruh dari nenek moyang kita. Dari ke tidak sadaran kolektif ini timbul penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru lainnya. Proses inilah yang merupakan lanjutan dari eksistensi manusia. 2. Teori Humanistik Berbeda dengan teori psikoanalisis, teori humanistic melihat kreativitas sebagai hasil dari kesadaran psikologis tingkat tinggi. Kreativitas dapat berkembang selama hidup, dan tidak terbatas pada lima tahun pertama kehidupan manusia. a. Teori Maslow Menurut Abraham Maslow (1908-1970) pendukung utama dari teori humanistic adalah manusia memiliki naluri-naluri dasar menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan ini harus dipenuhi dalam urutan tertentu. Kebutuhan primitive lahir pada saat lahir, dan kebutuhan tingkat tinggi berkembang sebagai proses pematangan ke-5 kebutuhan naluriah ini. Kebutuhan tersebut adalah Physiological Needs (Kebutuhan Fisiologis), Safety and Security needs (Kebutuhan akan rasa aman), Affiliation or Acceptance Needs (Kebutuhan sosial), Esteem or Status or Egoistic Needs Kebutuhan akan harga diri), Self Actualization (Kebutuhan untuk mewujudkan diri). Urutan dari hierarki kebutuhan ini jelas, tidak ada yang dapat mewujudkan dirinya jika menderita, karena kelaparan. Ke-4 kebutuhan pertama disebut deficiency, karena mungkin dapat dipuaskan sampai tidak dirasakan sebagai kebutuhan lagi. Proses perwujudan diri erat kaitannya dengan kreativitas. Bebas dari neurosis, orang yang mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki. Mereka dapat mencapai apa yang disebut oleh Maslow “Peak Experience” saat mendapat kilasan ilham (flash of Insight) yang menyebabkan kegambiraan dan rasa syukur karena hidup. b. Teori Rogers Menurut Carl Rogers (1902-1987) kondisi dan pribadi yang kreatif menurut Rogers ada tiga cirri. Tiga kondisi dan pribadi yang kreatif tersebut adalah: 1. Keterbukaan terhadap pengalaman 2. kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation). 3. Kemampuan untuk bereksperimen, untuk bermain dengan konsep-konsep. Setiap orang yang memiliki ke-3 ciri ini, kesehatan psikologisnya sangat baik. Orang ini berfungsi sepenuhnya, menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup dengan kreatif. Ke-3 kondisi tersebut juga merupakan dorongan dari dalam untuk berkreasi (Iternal Press). Pemaparan teori tersebut diatas, baik dari alairan psikoanalisis maupun humanistic membantu kita dalam memahami cara-cara pembentukan pribadi yang kreatif.